“limo perkoro kanggo joko merdeko
yaiku : garwo, wismo, turonggo, curigo lan kukilo” (lima hal untuk
lelaki sejati adalah : rumah, istri, kuda, senjata dan burung “
Begitu pepatah kuno jawa
mengatakan. Saya hanya menulis ulang di sebuah media social dan ternyata banyak
yang menyalah-artikan.
“jadi lelaki sejati harus punya
burung dong?”
Ya iyalah bro, dimana-mana lelaki
sejati itu udah dapet ‘burung’ dari sononya, tapi kan ga harus memelihara
burung. Disini burung mengisyaratkan hobi, minat, passion dll. Kenapa burung? Jaman
dulu burung adalah hewan peliharaan yang sangat digemari. Dari kalangan rakyat
biasa sampai raja dan anak-anaknya pun gemar memelihara burung (unggas). Memelihara burung dianggap memiliki prestige
tersendiri karena diperlukan ketelatenan dan kesabaran yang besar. Mencarikan kroto
(telur semut) sebagai makanan burung misalnya. Jaman dulu belum ada yang jualan
kroto di pinggir jalan seperti sekarang. Pemilik harus mencari sendiri di
pohon-pohon yang ada sarang semutnya, berjuang melawan ribuan semut yang
menjaga telur-telur mereka. Belum juga harus membersihkan kandang dan membuang
kotoran burung yang tertinggal dibawahnya, memandikan, menjemur setiap pagi,
melatih agar burung mau berkicau. Tapi setelah burung itu jadi alias sudah jago
berkicau, ada kepuasan tersendiri dari si pemilik. Apalagi jika burung tersebut
bisa menjuarai kontes.
Berbeda dengan memelihara ternak
seperti sapi, kambing atau ayam biasa. Sama-sama butuh perjuangan dalam
mencarikan makanan, membersihkan kandang, tetapi kalau mereka sudah jadi, mereka
hanya akan disembelih dan dimakan. Kepuasan terjadi ketika perut terasa kenyang
terisi oleh daging mereka. Terlalu singkat.
“jadi lelaki sejati harus
memelihara burung donk?”
Tidak juga. Jaman sekarang kan
hobi sudah bermacam-macam. Lelaki sejati itu harus memiliki minat tersendiri
pada sesuatu hal yang positif walaupun itu bukan menjadi pekerjaan utamanya. Hobi
tersebut diharapkan bisa menjadi salah satu motivasi, pembangkit gairah,
penyemangat dalam hidupnya.
“lelaki sejati harus punya kuda?”
Bukan juga. Kuda kan kiasan dari
kendaraan. Jaman dulu kan kendaraan umumnya kuda. Ada sih pedati yang ditarik
oleh sapi, tapi kan lebih keren atau lebih tinggi tingkatannya kalau
menggunakan kuda. Sekarang kan kendaraan sudah berkembang sangat pesat.
“berarti lelaki yang tidak
memiliki kendaraan misal mobil atau motor, belum menjadi lelaki sejati donk? Kalau
memang kondisi ekonomi yang membatasi bagaimana? Jadi orang-orang (laki-laki)
yang kondisi ekonominya lemah bukan lelaki sejati donk?
Setiap laki-laki kan pasti
berusaha untuk memberikan apa yang terbaik buat setiap yang dicintainya. Salah satunya
mungkin dengan fasilitas kendaraan agar lebih mudah untuk akses kemana-mana. Kalaupun
dia belum bisa memberikan kendaraan dalam bentuk mobil atau motor atau kuda,
setidaknya dia sudah mampu memberikan kendaraan berupa dirinya. Setidaknya dia
sudah bisa mengendarai dirinya sendiri. Atau bahkan bisa mengendarai orang
lain. Dalam hal ini maksudnya menjadi bos atau memimpin orang lain untuk
melaksanakan tujuannya.
Lelaki sejati harus mempunyai
kendaraan. Walaupun kendaraan itu adalah dirinya sendiri ataupun orang lain. Siapa
orang lain itu? Keluarga mungkin.. Kok
keluarga dijadiin kendaraan? Iya, kendaraan yang dia kendarai utntuk mencapai
tujuan bersama. Laki-laki sejati harus bisa menjadi kusir dalam keluarganya.
“lelaki sejati hatus punya
senjata? Wah preman donk?”
Senjata kan tidak harus dalam
bentuk fisik. Jaman sekarang senjata yang tidak berbentuk itulah yang sangat
dibutuhkan. Ilmu, kecerdasan, logika, kebijaksanaan, kesabaran, dll. Lelaki sejati
harus mempunyai senjatanya sendiri-sendiri, karena lelaki sejati itu tidak
boleh lemah. Bagaimana dia bisa melindungi orang-orang disekitarnya jika dia
tidak mampu melindungi dirinya sendiri?
“lelaki sejati harus punya rumah?
Kalu tidak mampu beli rumah bagaimana?”
Setiap laki-laki pasti akan selalu
mengusahakan agar mempunyai tempat tinggal sendiri. Atau jika tidak mampu pun
setidaknya mereka berusaha agar ada tempat untuk ditinggali. Manusia purba
menjadikan goa menjadi tempat tinggal mereka, di kota-kota besar banyak orang
menjadikan jembatan sebagai rumah mereka. Membangun rumah mini dengan kayu atau
kardus pun jadi. Bagaimana wujudnya, lelaki sejati akan selalu berusaha untuk
mendapatkannya.
Tapi apalah arti rumah jika dia
sendiri tidak bisa menjadi ‘rumah’ untuk orang-orang disekitarnya? Percuma saja
jika seseorang bisa memberikan rumah fisik dengan segala kemewahannya tapi
tidak dengan rumah batin.
“kok tidak tanya: ‘lelaki sejati
harus punya istri ya?’ gitu?”
Saya kira sudah jelas sekali
bahwa lelaki sejati itu harus mempunyai istri sebagai pendampingnya. Bahkan jaman
dahulu seorang raja bisa mempunyai belasan istri sebagai selir. Bukan semata
hanya untuk melampiaskan hawa nafsunya, tapi tujuan seorang raja mempunyai
banyak istri adalah untuk menjada keturunan dan kerajaannya. Jaman dahulu
kekuasaan diwariskan secara turun menurun kepada putra mahkotanya. Oleh karena
itu kenapa raja hanya mempunyai seorang permaisuri walaupun selirnya belasan.
turonggo memang msh berlaku hingga sekarang
BalasHapushttps://cintaicbmu.blogspot.co.id/2017/04/mencintai-cb-anda-bagian-dari-falsafah.html