Rabu, 05 Desember 2012

Seorang Gono

                Gono, seorang pemuda 27 tahun, sudah hampir sebulan ini selalu bermuram durja. Yang biasanya sehari makan 3 kali, sekarang jadi 2 kali, bahkan 7 kali. Omen, teman Gono dari daerah yang sama, jalan yang sama, kasur yang sama tapi rumah yang berbeda, prihatin atas keadaan temannya ini. Setiap kali didekati, baru mau tanya,sudah disodorkan telapak tangan dengan 5 jarinya yang membuka, “ada lima kelebihan!!”, oh bukan, “ngomong sama tangan!!”.
                Omen bingung bukan kepalang. Dipikir-pikir, Gono itu sudah kerja mapan, gaji oke. Dirumah, hubungan sama orang tua juga baik-baik saja. Tapi ternyata Gono belum punya pasangan. Masih melajang di usianya yang kata orang sudah cukup matang ini. Sebuah titik terang ke arah kebuntuan ditemui Omen. Memang Gono masih sendiri, tapi dengan perawakannya yang seperti Tom Cruise, badan kekar, muka macho, mata tajam, suara ngebass serak-serak luber, pasti gampang banget bagi Gono buat dapetin perempuan sekelas Dian Sastro, minimal Dorce.
               
Sekarang sudah benar-benar sebulan Gono menjadi Gono yang bukan biasanya, Gono Yang Lain, The Extraordinary Gono. Omen pun berniat memaksa sahabatnya itu untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Keadaan Gono sudah parah. Badan yang dulunya kekar sekarang kadang kerempeng kadang gembrot. Kumis dan brewok sudah kemana-mana. Rambutnya pun sudah acak-acakan seacak-acaknya. 

“Ada apa denganmu selama ini wahai Gono putra Bapak Darjo?”, Omen tetap bertanya walaupun sudah dihadang telapak berjari lima itu seperti biasanya.

“Tidak ada apa-apa Om, aku hanya, hanya…aah, sudahlah”, Gono akhirnya bicara dengan mulut.

“Kenapa? Ada yang harus kau bagikan padaku wahai sobatku dari selatan”

“Aku… aku takut Men..”

                Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelip, kodok lompat-lompat. Ternyata ini penyebab Gono menjadi Gono versi lain. Dia ketakutan. Tapi, ketakutan akan hal apa?
“Apa yang Kau takutkan oh Gono yang malang?”
“Aku takut… Aku takut jadi tambah ganteng”

                Dduuaaarr…!!! Pecahlah tawa Omen sampai terbahak-bahak berdahak. Kalau ini kartun, Omen sudah guling-guling di tanah sambil garuk-garuk perut. Tapi ini bukan kartun, ini animasi. Omen tertawa gak pake guling-guling atau garuk-garuk. Cuma jongkok saja. Itu pun gak pake ngeden.

“Heh bego, dari nama aja udah keliatan, BEGONO!! Ngapain takut ganteng? Sepertinya kamu orang pertama dan satu-satunya di dunia ini yang takut buat jadi tambah ganteng.  Kamu sudah ganteng dari sononya, kalopun gantengnya nambah ya disyukuri to. Ha ini kok malah takut”

“Aku takut kalo aku jadi ganteng, nanti dapet pasangan yang jelek. “

                Omen semakin tertawa mendengar argumen dari Gono ini. Kalo dikartunin mungkin dia lagi renang-renang gaya katak di lantai.

“Oooh dasar Gonoblok!! Dimana-mana orang ganteng tuh gampang dapetin perempuan cantik. Walaupun gak semua perempuan itu memandang laki-laki dari tampang, tapi setidaknya cowok ganteng sudah punya nilai lebih disitu!”

                Mendengar ini, Gono pun menyalak, menggonggong seperti ayam.

“Lalu apa serunya dunia ini jika laki-laki tampan berpasangan dengan wanita cantik??!! Dimana letak keseimbangan dunia? Ketika yang baik berpasangan dengan yang baik, mereka sama-sama baik, lalu dengan ‘baik’ itu mereka menghasilkan baik pula, maka begitu juga dengan yang buruk. Yang baik menghasilkan baik, semain baik, yang buruk menghasilkan buruk, semakin buruk. Kamudian terciptalah jurang pemisah antara baik dan buruk, yang semakin lama semakin dalam dan lebar. 

“Maka alangkah lebih baiknya jika kita menggabungkan antara baik dan buruk, mengesampingkan ego kita untuk menjadi superpower baiknya, demi menghilangkan jurang pemisah dan mengangkat derajat ‘kaum buruk’. Setelah tidak ada lagi pemisah antara kita, barulah bersama-sama kita berusaha untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Walaupun dengan progres yang lebih lambat ketimbang apa yang pertama aku katakana tadi, baik dengan baik. Maukah kita? Sanggupkah kita? Bisakah kita?”

                Jreeeng, mendengar ini Omen tidak bisa berkomen lagi walau namanya tetap Omen. Dia mematung, menjadi patung, patung Omen. Dan Gono pun langsung memahat patung Omen agar terlihat lebih artistik..

                *Sebuah kisah nyata dari animasi bukan kartun, Gonolopolo, 27 tahun, kerja mapan, muka mirip Tom Cruise, seorang pemeduli keadilan tapi tidak siap menghadapi kenyataan*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share