Gono,
seorang pemuda 27 tahun, sudah hampir sebulan ini selalu bermuram durja. Yang
biasanya sehari makan 3 kali, sekarang jadi 2 kali, bahkan 7 kali. Omen, teman
Gono dari daerah yang sama, jalan yang sama, kasur yang sama tapi rumah yang
berbeda, prihatin atas keadaan temannya ini. Setiap kali didekati, baru mau
tanya,sudah disodorkan telapak tangan dengan 5 jarinya yang membuka, “ada lima
kelebihan!!”, oh bukan, “ngomong sama tangan!!”.
Omen
bingung bukan kepalang. Dipikir-pikir, Gono itu sudah kerja mapan, gaji oke. Dirumah,
hubungan sama orang tua juga baik-baik saja. Tapi ternyata Gono belum punya
pasangan. Masih melajang di usianya yang kata orang sudah cukup matang ini. Sebuah
titik terang ke arah kebuntuan ditemui Omen. Memang Gono masih sendiri, tapi
dengan perawakannya yang seperti Tom Cruise, badan kekar, muka macho, mata
tajam, suara ngebass serak-serak luber, pasti gampang banget bagi Gono buat
dapetin perempuan sekelas Dian Sastro, minimal Dorce.
“Ada apa denganmu selama ini
wahai Gono putra Bapak Darjo?”, Omen tetap bertanya walaupun sudah dihadang
telapak berjari lima itu seperti biasanya.
“Tidak ada apa-apa Om, aku hanya,
hanya…aah, sudahlah”, Gono akhirnya bicara dengan mulut.
“Kenapa? Ada yang harus kau
bagikan padaku wahai sobatku dari selatan”
“Aku… aku takut Men..”
Bumi
gonjang-ganjing, langit kelap-kelip, kodok lompat-lompat. Ternyata ini penyebab
Gono menjadi Gono versi lain. Dia ketakutan. Tapi, ketakutan akan hal apa?
“Apa yang Kau takutkan oh Gono
yang malang?”
“Aku takut… Aku takut jadi tambah
ganteng”
Dduuaaarr…!!!
Pecahlah tawa Omen sampai terbahak-bahak berdahak. Kalau ini kartun, Omen sudah
guling-guling di tanah sambil garuk-garuk perut. Tapi ini bukan kartun, ini
animasi. Omen tertawa gak pake guling-guling atau garuk-garuk. Cuma jongkok
saja. Itu pun gak pake ngeden.
“Heh bego, dari nama aja udah
keliatan, BEGONO!! Ngapain takut ganteng? Sepertinya kamu orang pertama dan
satu-satunya di dunia ini yang takut buat jadi tambah ganteng. Kamu sudah ganteng dari sononya, kalopun
gantengnya nambah ya disyukuri to. Ha ini kok malah takut”
“Aku takut kalo aku jadi ganteng,
nanti dapet pasangan yang jelek. “
Omen
semakin tertawa mendengar argumen dari Gono ini. Kalo dikartunin mungkin dia
lagi renang-renang gaya katak di lantai.
“Oooh dasar Gonoblok!!
Dimana-mana orang ganteng tuh gampang dapetin perempuan cantik. Walaupun gak
semua perempuan itu memandang laki-laki dari tampang, tapi setidaknya cowok
ganteng sudah punya nilai lebih disitu!”
Mendengar
ini, Gono pun menyalak, menggonggong seperti ayam.
“Lalu apa serunya dunia ini jika
laki-laki tampan berpasangan dengan wanita cantik??!! Dimana letak keseimbangan
dunia? Ketika yang baik berpasangan dengan yang baik, mereka sama-sama baik,
lalu dengan ‘baik’ itu mereka menghasilkan baik pula, maka begitu juga dengan
yang buruk. Yang baik menghasilkan baik, semain baik, yang buruk menghasilkan
buruk, semakin buruk. Kamudian terciptalah jurang pemisah antara baik dan
buruk, yang semakin lama semakin dalam dan lebar.
“Maka alangkah lebih baiknya jika
kita menggabungkan antara baik dan buruk, mengesampingkan ego kita untuk
menjadi superpower baiknya, demi menghilangkan jurang pemisah dan mengangkat
derajat ‘kaum buruk’. Setelah tidak ada lagi pemisah antara kita, barulah
bersama-sama kita berusaha untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Walaupun dengan progres yang lebih lambat ketimbang apa yang pertama aku
katakana tadi, baik dengan baik. Maukah kita? Sanggupkah kita? Bisakah kita?”
Jreeeng,
mendengar ini Omen tidak bisa berkomen lagi walau namanya tetap Omen. Dia
mematung, menjadi patung, patung Omen. Dan Gono pun langsung memahat patung
Omen agar terlihat lebih artistik..
*Sebuah
kisah nyata dari animasi bukan kartun, Gonolopolo, 27 tahun, kerja mapan, muka
mirip Tom Cruise, seorang pemeduli keadilan tapi tidak siap menghadapi
kenyataan*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar